Sunday, September 21, 2008

JALAN MENUJU ALLAH, KONSEP TASAWUF



JALAN MENUJU ALLAH, KONSEP TASAWUF
Dari Paguyuban Tasawuf Indonesia
oleh: Abas Gozali

1. Tujuan Hidup dan Tugas Manusia serta Permusuhan Syaithan

Tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, Sang Maha Pencipta sebagaimana difirmankan Allah dalam Al- Qur'an Surat Adz-Dzaariyaat ayat 56 yang berbunyi "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku" dan Surat Al-Baqarah ayat 21 yang mengatakan "Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa". Beribadah berarti melaksanakan segala sesuatu (yang baik) dengan semata mengharap ridla Allah. Bertaqwa artinya menjalankan segala yang diperintahkan olehNya dan meninggalkan segala yang dilarang olehNya.

Selain itu, manusia diberi kepercayaan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi. Tugas kekhalifahan ini terpatri dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi'..." Kepemimpinan itu dimulai dengan memimpin diri (hawa nafsu)nya sendiri, keluarga, dan kemudian berkembang ke memimpin lingkungan yang lebih luas.

Kepercayaan Allah terhadap manusia ini diprotes oleh baik malaikat maupun iblis, dengan alasan yang berbeda. Malaikat protes karena melihat manusia suka saling berbunuhan; sedangkan, iblis protes karena merasa dirinya yang dibuat dari api itu lebih tinggi derajatnya dari pada manusia yang dibuat dari tanah. Setelah Allah menjelaskan, malaikat mengikuti perintah Allah dan mengakui kekhalifahan manusia, tetapi iblis tetap membangkang. Hal ini terlihat dari dialog antara Allah dengan malaikat dan iblis yang terdapat dalam Al-Qur'an.

"...... Mereka (malaikat) berkata: 'Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?' Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Q.S. Al-Baqarah: 30).

"Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: 'Sujudlah kamu semua kepada Adam', lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: 'Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?'". (Q.S. Al- Israa': 61).

Sedangkan syaithanpun tetap bersikukuh untuk ingkar terhadap perintah Allah ini meskipun diancam dengan Neraka Jahannam. Akan tetapi syaithan minta 'privilege' kepada Allah SWT untuk dapat hidup terus hingga Hari Qiamat dan diberi ijin untuk membujuk manusia mengikuti jalan sesatnya. Allah mengijinkan permintaan ini. Peristiwa ini diceritakan dalam Al-Qur'an Surat Al- Israa' ayat:62-65:

"Dia (iblis) berkata: 'Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar- benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil'."

"Tuhan berfirman: 'pergilah, barangsiapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup."

"Dan hasunglah (bawalah) siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh Syaithan kepada mereka melainkan tipuan belaka."

"Sesungguhnya hamba-hamba Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga".

Maka syaithanpun bersumpah akan menyesatkan manusia dengan cara apapun dan dari jalan manapun. Hal ini dapat dilihat dalam Al-Quran Surat An-Nisaa'ayat 118-119 yang berbunyi: "... dan syaithan itu mengatakan: 'Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya), dan saya akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan- angan kosong mereka, ..." dan Surat Al-A'raaf ayat 16-17 yang berbunyi: "Iblis menjawab: 'Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan menghalangi-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta'at)."


2. Sasaran Strategis Syaithan adalah Hati (Qalb)

Hati merupakan inti dari manusia. Hatilah, dan bukan akal, yang menggerakkan seluruh anggota badan. Hati pulalah yang menghubungkan manusia dengan Khaliknya, Allah SWT. Firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Az-Zumar 17-18: "Bahwa Allah itu tidak melihat kepada rupamu, akan tetapi melihat kepada bathinmu." Rasulullah SAW bersabda: "Bahwa dalam badan anak Adam itu ada segumpal darah. Apabila segumpal darah itu baik, baiklah seluruh badan anak Adam itu. Apabila gumpalan darah itu rusak, rusaklah seluruh badan anak Adam itu. Perhatikanlah, bahwa yang dimaksud itu adalah hati."

Peranan hati itu demikian penting karena didalamnya Allah Ta'ala menaruh Nur yang bersifat Al-Latifah (Kelembutan), Ar- Rabbaniyah (Ketuhanan), dan Ar-Rohaniyah (Kerohanian). Dengan Nur itulah manusia dapat memperoleh ma'rifat. Apabila manusia menyelam ke dalam dirinya dan terus menerus kembali kepada hatinya, terpancarlah baginya mata air ilmu yang disebut "Ilmu Laduniah". Al-Bazari berkata: "Dalam hati itu terdapat sifat 'Al- Latifah', 'Ar-Rabbaniyah', dan 'Ar-Rohaniyah' yang bersangkutan dengan tubuh manusia. Itulah hakikat insan dan itulah yang dapat mencapai arif, tempat Nur yang ditaruh Tuhan padanya."

Sedangkan Abdul Qadir Al-Jaelani berucap: "Hati itu tempat ilmu hakikat karena 'latifatur Rabbaniyyah' yang mengatur bagi sekalian anggota badan. Hati itu alat penembus hakikat..."
Sadar sesadar-sadarnya akan pentingnya peranan hati ini dalam diri manusia, syaithanpun menyerang manusia dari sasaran strategis ini, hati. Syaitan menutupi hati manusia agar hati tersebut tidak dapat menerima Nur Illahi. Nabi Muhammad SAW bersabda: "Jikalau tidak bahwa syaithan-syaithan itu menutupi hati anak Adam, sungguh orang-orang yang mu'min itu melihat kepada langit malakut dan buminya." Syaithan menutup hati manusia itu dengan mengembangkan 'nafsul-ammarah bissu' (nafsu yang membawa kejahatan) yang memang sudah ada pada diri manusia. Hawa- nafsu itu mendorong pada tindak kejahatan dan pemenuhan kesenangan pribadi dan syahwat nalurinya. Para guru Tasawwuf mengatakan bahwa syaithan memasuki hati dalam badan manusia melalui sembilan lubang ya'ni kedua mata, kedua lubang telinga, kedua lubang hidung, lubang mulut, dan kedua lubang kemaluan.

Hati manusiapun menjadi buta. Abdul Qadir Al-Jaelani mengatakan bahwa penyebab yang membutakan hati itu adalah diantaranya jahil atau tidak sefaham tentang hakikat perintah Tuhan. Manusia menjadi jahil apabila jiwanya sudah dikuasai oleh sifat jiwa zalim, yang ditanamkan oleh syaithan lewat hawa nafsu manusia, seperti: syirik, zinna, takabur, irihati, dengki, kikir, melihat diri lebih utama, suka membuka rahasia orang lain, suka membawa berita adu domba, bohong, dusta, dan semacamnya yang dapat menjatuhkan manusia ke dalam lembah kehancuran dan kehinaan.

Butanya hati adalah sesungguh-sungguhnya buta manusia. Demikian Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Haj ayat 46 berbunyi: "... Karena sesungguhnya yang disebut buta itu bukanlah buta matanya, melainkan buta hatinya yang letaknya di dalam dada." Sifat jiwa yang zalim yang menyebabkan butanya hati tersebut adalah suatu penyakit yang apabila tidak segera diobati akan berakselerasi atau beranak-pinak. Hal ini ditandaskan oleh Allah SWT dalam FirmanNya di dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 9: "Dalam hati orang-orang kafir itu ada penyakit, lalu Allah menambah penyakit itu, dan bagi mereka siksa yang pedih, karena mereka berdusta" dan Surat At-Taubah ayat 125: "Dan adapun bagi orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit, maka bertambah kotorlah di atas kotorannya serta mereka meninggal dunia dalam keadaan kafir."

Demikian berbahayanya penyakit hati yang dihembuskan syaithan lewat hawa nafsu manusia ini sehingga Rasulullah SAW menyatakan jihad akbar melawan hawa nafsu ini. Hal ini dapat dilihat dari sabda-sabda beliau seperti: "Jihad yang paling utama adalah jihad seseorang untuk dirinya dan hawa nafsunya" (Bukhari dan Muslim), "Musuhmu yang paling berbahaya adalah nafsumu yang terletak diantara lambungmu", dan "Kami kembali dari jihad kecil ke jihad besar, yaitu jihad melawan hawa nafsu" (yang diucapkan sekembalinya dari Perang Badr yang akbar itu). Berjuang melawan musuh yang dzahir ada kesudahannya tetapi berjuang melawan syaithan dan hawa nafsu tidak ada habis-habisnya dan tidak berkesudahan hingga akhir hayat atau hari qiamat.

3. Dzikir Membersihkan Hati

Membersihkan hati dan menolak kehendak hawa nafsu yang keji itu fardlu 'ain hukumnya. Akan tetapi, membersihkan hati itu sangat sukar karena penyakit hati (illat-illat) itu tidak terlihat oleh mata tetapi dapat ditangkap dengan hati. Untuk menandingi illat-illat tersebut harus ada Nur yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera tetapi tertangkap oleh hati. Dengan Nur tersebut keluarlah manusia dari gelap gulita ke terang benderang dengan izin Tuhannya. Cara kaum Sufi membuang penyakit hati tersebut adalah dengan riyadhah dan latihan-latihan yang antara lain meliputi bertaubat, membersihkan Tauhid, taqarrub kepada Allah, mengikuti Sunnah Nabi, memperbanyak ibadah, qiyamul lail, tidak memakan/meminum makanan/minuman yang haram, tidak menghadiri tempat yang menambah nyala api hawa nafsu, tidak melihat pemandangan yang haram, dan menahan diri dari ajakan syahwat. Riyadhah dan latihan khusus kaum Sufi untuk membersihkan hati adalah dengan DZIKRULLAH, berdzikir dengan menyebut nama Allah.

Hal ini dilandaskan pada Firman-firman Allah SWT dalam Al-Qur'an seperti: "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu; dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni'mat)- Ku." (Al-Baqarah 152), "Wahai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak- banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang", "Adapun orang laki-laki yang banyak berdzikrullah, demikian juga orang-orang wanita, disedikan Allah baginya ampunan dan pahala yang besar" (Al-Ahzab 35), dan "(yaitu) orang-orang yang beriman dan dan hati mereka menjadi tenteram dengan dzikrullah. Ingatlah hanya dengan dzikrullah hati menjadi tenang" (Ar-Ra'd 28). Landasan lain yang digunakan kaum Sufi adalah sabda-sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi: "Bahwasanya hati itu itu kotor seperti besi yang berkarat dan pembersihnya adalah Dzikrullah", "Bagi setiap sesuatu ada alat pembersihnya, dan alat pembersih hati adalah "DZIKRULLAH", dan "Jauhkanlah Syaithanmu itu dengan ucapan 'LAA ILAAHA ILLALLAH, MUHAMMADUR RASULULLAH', karena syaithan itu kesakitan dengan ucapan kalimat tersebut, sebagaimana kesakitan unta salah seorang kamu sebab banyaknya penunggang dan banjirnya muatan diatasnya", "Dzikir kepada Allah SWT, jadi benteng dari godaan syaithan", dan "Allah berfirman 'LAA ILAAHA ILLALLAH adalah bentengKu. Barang siapa mengucapkannya, masuklah ia kedalam bentengKu. Dan barang siapa masuk ke dalam bentengku, maka amanlah ia daripada azabKu. (Hadist Qudsi)."

Pengertian umum dzikir adalah mengingat Allah; dengan demikian, setiap ibadah (baik yang fardlu maupun sunnat) seperti sholat, zakat, puasa, haji, baca Qur'an, da'wah, belajar, berusaha, dll yang dilakukan semata atas nama Allah atau dengan mengingat Allah adalah dzikir. Akan tetapi disamping melaksanakan hal-hal tersebut, kaum Sufi melaksanakan Thariqat-dzikir secara khusus yang merupakan cara pembersihan ruh pada sisi Allah (hati) secara Sufi, yaitu dengan menyebut LAILAA HA ILLALLAH atau ALLAH baik sendiri-sendiri maupun berjamaah dengan "cara tertentu."

Penulis tidak dapat menyampaikan metode Dzikrullah tersebut oleh karena hanya Guru Sufi yang mursyid dan murid-muridnya yang telah diberi "ijazah"lah yang berwenang mengajarkan metode Tha- riqat-dzikir tersebut. Yang dapat penulis sampaikan adalah bahwa para guru Sufi mengajar murid-muridnya mula-mula berdzikir dengan lidah (dzikir zahar, dzikir dengan suara keras), kemudian meningkat secara teratur kedzikir hati (dzikir khofi, dzikir yang tidak bersuara karena didalam hati) yang awalnya disengajakan kemudian menjadi kebiasaan, lantas meningkat lagi ke dzikir Sirri (dzikir di dalam hatinya hati). Hamba Allah yang sudah mampu berdzikir sirri ini tidak akan pernah terputus dzikirnya meskipun ia terlupa berdzikir. Sementara itu, sang guru pun membantu muridnya yang sedang dalam keadaan salik untuk menundukkan dan mengalahkan hawa nafsunya.

Ulama-ulama Sufi berkata: "Apabila murid-murid mengucapkan dzikir LAA ILAAHA ILLALLAH dengan memusatkan perhatiannya secara bulat kepadaNya, maka terbuka segala tingkat ajaran Thariqat dengan cepat, yang kadang-kadang terasa dalam tempo satu jam, yang tidak dapat dihasilkan dengan ucapan kalimat lain dalam tempo satu bulan atau lebih.

Dengan berdzikir yang dilakukan secara khussu' dengan bimbingan Guru Sufi yang mursyid, murid dapat membersihkan cermin hatinya dari sifat-sifat yang rendah secara dikit demi sedikit. Dalam masa itu, menyesallah sang murid atas dosa-dosa yang dilakukannya sehingga ia mencucurkan air mata dan berkehendak memperbaiki tingkah lakunya. Ia tidak rela untuk berada lagi dalam kelupaan dan kemaksiatan dengan mengikuti hawa nafsunya. Ia bertobat dan minta ampun dan mengikuti petunjuk Tuhannya. Maka cermin hatinyapun mulai dapat menerima dan memancarkan Nur Illahi yang kemudian merasuk keseluruh tubuhnya dan mempengaruhi segala ucapan, tingkah laku, dan perbuatannya dengan segala keutamaan.

4. Hikmah Lanjut dari Dzikir: Qurb, Tenang, Fana, dan Ma'rifat

Kaum Sufi melaksanakan dzikir dengan begitu asyik dan khusyu'nya karena merasakan keni'matan, kelezatan dan kemanisan. Dengan berdzikir, mereka merasa begitu dekat dengan Tuhannya (qurb), merasa tenang jiwanya, merasakan tidak ada sesuatupun bahkan dirinya kecuali Allah (fana), dan memperoleh ilmu pengetahuan yang hakiki (ma'rifat). Abu Sa'id Al-Harraz r.a. berkata: "Apabila Allah Ta'ala hendak mengangkat seorang hambanya menjadi Wali dari hamba-hambanya yang lain, ia membuka kepadanya pintu dzikir, maka apabila ia merasa lezat berzikir, dibuka kepadanya 'babul qurb', kemudian diangkatnya ke Majlisul Uns (tenang bathin), kemudian ditempatkan dia di atas kursi Tauhid, kemudian diangkat daripadanya hijab (penutup) dan lalu dimasukkan dia ke dalam 'darul fardaniyyah', dan dibukakanlah kepadanya 'Hijabul jalali wal'uzmati'. Apabila sampai pada 'jalali wal'uzmati', ia merasa tak ada lagi yang lain, hanya Huwa (Dia) Allah, maka takala itu seorang hamba berada dalam masa fana." Adapun kejauhan dan kedekatan seorang hamba dari Tuhannya bukanlah berarti kejauhan atau kedekatan tempat dan waktu, tetapi sesungguhnya kejauhan atau kedekatan itu semata-mata karena lupa atau ingat hati terhadap Allah.

Kejauhan itu lupa hati.Kedekatan itu ingat hati.Kejauhan itu hijab (tertutup).Kedekatan itu kasyaf (terbuka). Hijab itu gelap, Kasyaf itu Nur.Gelap itu jahil, Nur itu Ma'rifat.
Rasulullah SAW bersabda: "Firman Allah Ta'ala, aku ini sebagaimana yang disangka oleh hambaku, Aku bersama dia apabila ia ingat kepadaKu, apabila ia mengingatKu dalam dirinya, Akupun ingat padanya dalam diriKu, dan apabila ia mengingatKu dalam ruang yang luas, aku pun ingat padanya dalam ruang yang lebih baik." (Hadis Qudtsi diriwayatkan oleh Bukhari). "Guru Sufi berkata: "Hatimu sekarang bersama Tuhanmu dan Tuhanmu bersama engkau, tidak jauh dari engkau, Ia mendekatkan engkau kepadaNya, dan mengenalkan engkau denganNya."

Orang yang menjalankan Thariqat-dzikir secara sungguh- sungguh tidak mempunyai rasa khawatir dalam menjalani hidup, tidak waswas dalam menjalankan sesuatu kebenaran, dan tidak berprasangka buruk terhadap orang lain. Hati mereka tenang, jiwa mereka tenteram. Firman Allah SWT: "... (yaitu) orang-orang yang beriman dan dan hati mereka menjadi tenteram dengan dzikrullah. Ingatlah hanya dengan dzikrullah hati menjadi tenang" (Ar-Ra'd 28). Dengan menjalankan Thariqat-dzikir dan latihan-latihan Thariqat, kaum Sufi merasakan kelezatan ibadah, merasakan makna- makna Qur'an yang mulia, dan Sunnah yang suci, yang belum tentu dapat dirasakan oleh orang-orang lainnya.

Sampai di tingkat tertentu orang yang ber-thariqat-dzikir merasakan seluruh alam dan dirinya hancur lebur masuk ke dalam Allah SWT. Pada saat ini orang tersebut berada dalam tingkat yang fana. Firman allah dalam Al-Qur'an Surat Ar-Rahman ayat 26-27: "Semua yang ada akan fana binasa, yang kekal adalah Tuhan sendiri yang Besar dan Maha Mulia."

Dzikrullah itu dapat mengangkat seorang hamba yang mu'min dari bumi syahwat ke langit ma'rifat. Rasulullah SAW bersabda "Tidak ada seorangpun yang berkata Laa Ilaaha Illallah secara ikhlas dalam hatinya, kecuali Tuhan membukakan pintu langit sehingga ia bisa meninjau arasy." Guru Sufi mengatakan: "dalam asma yang tertinggi, orang dapat meningkat ke langit (mencapai martabat yang tinggi)." Dalam tingkat ma'rifat ini hamba Allah dapat melihat segala yang ajaib dan yang aneh-aneh dan segala rahasia yang besar dan kaifiat yang agung serta hakikat. Imam Ghazali berkata: "Ma'rifat itu berada di atas semua jalan dan wasilah yang penting dan besar. Yang demikian itu adalah wasilah "Al-Kasyafful al-Bathini' atau 'Wasilatul Ilham ar-Ruhi', yang membawa manusia kepada sifat-sifat yang baik, dan membersihkan hati serta menjauhkan diri dari cara berpikir orang-orang materialis."

5. Syariat, Thariqat, dan Hakikat

Penulis menangkap ada suatu kesan bahwa bila orang sudah pada tingkat hakikat maka tidak perlu lagi dia mempedulikan syari'at. Lebih jauh lagi bahkan ada yang mempertentangkan syariat dengan hakikat, syari'at menyalahkan hakikat dan hakikat meremehkan syari'at. Pandangan ini penulis kira tidaklah benar.

Dalam Tasawwuf, hubungan antara syari'at, thariqat, dan hakikat itu sangat erat, satu kesatuan yang bisa dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan apalgi dipertentangkan. Thariqat atau jalan menuju Allah itu meliputi pekerjaan dzahir dan bathin. Pekerjaan dzahir disebut syari'at dan pekerjaan bathin disebut hakikat. Syari'at itu mempersembahkan ibadat kepada Tuhan dan hakikat itu memperoleh musyahadah dari padaNya.

Syari'at terikat dengan hakikat, dan sebaliknya hakikat terikat dengan Syari'at. Tiap-tiap pekerjaan syari'at yang tidak dikuatkan dengan hakikat tidak diterima dan tiap-tiap hakikat yang tidak dibuktikan dengan syari'at pun tidak diterima pula. Imam Al-Ghazali berkata: "Barang siapa mengambil syari'at saja tetapi tidak mau tahu tentang Hakikat, orang itu fasik. Barang siapa mengambil hakikat saja tetapi tidak melakukan syari'at maka dia itu adalah kafir zindiq. Sedangkan yang melakukan syari'at dan mengamalkan tasawwuf, inilah orang yang dinamakan ahli hakikat yang sesungguhnya." Riyadhah dan latihan-latihan tharikat tidak akan berfaedah dan tidak akan mendekatkan dirimu kepada Allah SWT selama perbuatanmu tidak sesuai dengan syari'at dan sejalan dengan Sunnah Rasul.

Hubungan syari'at-thariqat-hakikat bisa dianggap analog dengan islam-iman-ikhsan. Apabila Seorang hamba Allah hanya sibuk dengan ibadah secara dzahir maka ia berada dalam maqam islam atau maqam syari'at. Apabila amal ibadah itu disertai dengan hati yang bersih dan ikhlas serta bebas dari kejahatan maka orang itu berada pada maqam iman atau maqam tharikat. Apabila manusia itu beribadat semata karena Allah, seakan-akan ia melihat Allah dan ia yakin Allah melihatnya maka hamba Allah itu berada dalam maqam ikhsan atau maqam hakikat.

6. Tasawwuf dan Dunia

Anggapan umum tentang Tasawwuf adalah bahwa tasawwuf itu anti dunia dan mereka meninggalkan segala hal yang berbau dunia. Anggapan ini tidak seluruhnya benar. Kaum Sufi menjauhi sesuatu, termasuk dunia, yang menghalangi mereka berjalan menuju Allah. Sikap zuhud ini mereka pegang berdasarkan Firman Allah dalam Al- Qur'an Surat Al-Munafiquun ayat 8 yang berbunyi: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi."

Akan tetapi apabila sesuatu, termasuk dunia, itu memperkuat ibadah mereka terhadap Allah, apalagi itu perintah Allah dan Rasulnya, merekapun akan mengambilnya. Sikap inipun dilandaskan pada Al-Quran dan Hadis seperti: "Kejarlah apa yang diberikan Tuhan untuk akhirat, tetapi janganlah engkau lupa akan nasibmu di dunia. Berbuat baiklah sebagaimana Tuhan berbuat baik kepadamu, janganlah bercita-cita berbuat di atas muka bumi ini karena Allah tidak menyukai mereka yang berbuat kerusakan" (Q.S Al-Qosas 77), "Makan dan minumlah kamu dari rezki yang dikaruniakan Allah, dan janganlah kamu berlomba-lomba berbuat kerusakan di atas bumi ini" (Q.S. Al-Baqarah 60), dan sabda Nabi Muhammada SAW: "Bukanlah orang baik jika engkau tinggalkan dunia untuk akhirat atau sebaliknya meninggalkan akhirat untuk dunia. Hendaklah mencapai kedua-duanya karena dunia itu jalan ke akhirat dan jangan kamu bergantung kepada manusia" (Riwayat Ibn As-sakir).

Bahkan Ulama-ulama Sufi dari Thariqat-thariqat Syaziliyyah, Naqsyabandiyyah, dan Qadariyyah menganjurkan murid-muridnya untuk memakan makanan yang enak-enak, memakai pakaian yang bagus-bagus, tidur diatas kasur yang empuk, memiliki harta benda, dan sebagainya asal semuanya itu dapat mendekatkan muridnya kepada Allah. Ulama-ulama tasawwuf itu berkata: "Tidak mengapa mengikuti syahwat yang diperkenankan untuk diri kita, apabila ternyata dapat menguatkan ibadat seperti: tidak mengapa memakai pakaian yang bagus untuk melahirkan nikmat Tuhan. Tidak mengapa makan dan minum yang lezat-lezat untuk kepentingan kesehatan anggota badan bersyukur dan menjadi kuat panca indera." Ahli ma'rifat Syazili mengatakan "Makan dan minumlah kamu dari makanan yang baik-baik, minumlah minuman yang sedap, tidurlah di atas tempat tidur yang empuk, berpakaianlah dengan pakaian yang halus, dan perbanyaklah dzikir kepada Tuhanmu." Syeikh Bahauddin Naqsyabandi berkata: "Tiapa macam makanan harus baik dan beribadat pun harus baik pula". Syeikh Abdul Qadir Al-Jaelani berkata: "Harta benda itu adalah khadammu dan engkau khadam Allah. Maka hidupmu didunia ini harus menjadi manusia tauladan dan hidupmu di akhirat kelak menjadi orang yang mulia."

7. Penutup

Tasawuf itu bukanlah ilmu atau amal yang dapat dibahas secara ilmiah atau filsafati karena tasawuf hanya dapat ditangkap oleh hati, dan bukan oleh akal yang mempunyai keterbatasan. Rahasia Tasawuf tidak dapat dinikmati dengan hanya mempelajari buku-buku atau mendengarkan ceramah-ceramah karena buku-buku dan ceramah- ceramah tersebut tidak dapat mengekspresikan peristiwa bathiniyyah yang terjadi dalam dunia tasawwuf secara sempurna dan akurat yang disebabkan oleh keterbatasan bahasa manusia. Hikmah tasawwuf ini hanya dapat dirasakan dengan melakukan rhiyadhah dan latihan-latihan thariqat dengan tekun dan khussyu' di bawah bimbingan Guru Sufi yang Mursyid.

Karena kendala-kendala diatas dan, yang lebih penting lagi, karena keawaman penulis dalam bidang Tasawuf maka tulisan ini jauh dari sempurna. Bila ada kebenaran maka kebenaran itu datangnya dari Allah SWT, bila ada kesalahan maka kekeliruan itu sepenuhnya karena kekhilafan penulis. Untuk itu, penulis mohon ampun dan petunjuk dari Allah SWT serta mohon ma'af dan koreksi dari Akhi dan Ukhti sekalian.

Rujukan Utama:

Ali, A. Yusuf. 1978. "The Holy Qur'an, Text, Translation, and Commentary". Washington, DC.: The Islamic center.
'Arifin, Shohibulwafa, K.H.A. 1975. "Miftahus Shudur". Diterjemahkan oleh Prof. K.H. Aboebakar Atjeh menjadi "Kunci Pembuka Dada". Jilid 1 dan 2. Tasikmalaya, Jawa barat: Yayasan Serba Bakhti Suryalaya.
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Qur'an Departemen Agama RI. (1974). "Al-Qur'an dan Terjemahnya" , Jakarta: Depag RI.
Rujukan Penunjang:
Nasr, Seyyed Hossein. 1973. " Sufi Essays" . New York, N.Y.: Albany, State University of New York Press.
Sah, Idies. 1990. "Sufi Thought and Action". London: Octagon Press.
Last updated 10/28/1999 21:56:16 © 1999 Paguyuban Tasawuf Indonesia

Akhlak Cemerlang , Negara Terbilang.


Tajuk Syarahan: Akhlak Cemerlang , Negara Terbilang.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Yang dimuliakan saudari pengerusi majlis,barisan para hakim yang adil lagi bijaksana,guru-guru,rakan-rakan serta hadirin hadirat para pendengar sekalian.

Anak Seluang, Anak Sembilang,
Anak Haruan di atas papan,
Akhlak Cemerlang Negara Terbilang,
Syarahan ingin saya perdengarkan.

Tuan/puan, para hadirin sekalian,

Berbicara mengenai akhlak atau budi pekerti sangat luas medannya, bagaikan lautan yang tidak bertepi. Makin dalam diselami makin banyak perbendaharaan yang didapati sehingga tidak habis untuk dibahas dan dikaji.

Tanpa membuang masa kita lihat kejadian Allah pada diri kita ini. Allah menjadikan kita cukup sifat dibekalkan anggota tubuh dengan berbagai- bagai, urat saraf dan pancaindera, akal dan fikiran, watak dan tabiat semulajadi, adat dan kebiasaan yang diwarisi.

Dengan tenaga berfikir serta semangat dan kemahuan manusia itu sendiri, ia dapat melayakkan dirinya mencapai taraf makhluk yang paling mulia dan mendapat darjat yang setinggi-tingginya.Dalam mengharungi kehidupan ini, pelbagai pengalaman yang dilalui dapat memberi pengajaran dalam menentukan dan membezakan mana yang baik dan mana yang buruk, yang berguna dan yang berbahaya yang mendatangkan faedah dan mudarat.

Para pendengar Yang Dihormati sekalian,

Akhlak yang cemerlang dapat menentukan sesuatu bangsa itu berkedudukan rendah atau mulia.Umat yang baik akhlak dan budi pekertinya itu tandanya ada kemuliaan dan keutamaan. Sebaliknya umat yang budi pekertinya buruk akan sentiasa berada dalam kerendahan biarpun dilimpahi dengan kemewahan dunia dan kebesaran serta kebanggaannya.Ini kerana kemuliaan sesuatu umat itu kekal selagi mewarisi akhlak dan budi pekerti yang mulia.

Akhlak yang mulia dan cemerlang menjadi pelita menyinari diri dan orang lain menuju jalan yang selamat dalam mencari keredhaan Allah. Ia menjadikan manusia patuh dan tunduk kepada Tuhan serta berusaha untuk berbakti.

Disinilah bermulanya tuntutan berakhlak mulia seiring dengan hidup mesti berusaha dan bekerja. Setiap makhluk yang hidup mestilah bekerja kerana bekerja merupakan roh atau jiwa kepada kehidupan. Oleh itu hidup mestilah berperaturan . Kita boleh himpunkan hal tersebut dalam empat perkara:

Hendaklah taat kepada undang-undang negara dan berpegang teguh dengan ajaran dan tuntutan agama yang benar.
Cekal dan tabah dalam segala pekerjaan dan gigih dalam segala lapangan hidup.
Bersungguh-sungguh untuk menundukkan nafsu sebelum nafsu dapat menundukkan dirinya.
Menggunakan seluruh hidupnya seberapa yang terdaya untuk mencapai kemajuan dan memahami sesuatu hakikat.

Para Hadirin /Hadirat sekalian,

Biarlah saya terangkan sedikit tentang perkara di atas. Taat kepada undang-undang negara dan patuh kepada ajaran agama pasti akan membawa kebahagiaan seseorang dalam mengharungi hidup di dunia dan akhirat.Seseorang yang sedar melalui akhlak yang mulia dan cemerlang sahaja yang boleh menjadikan dirinya berjaya. Ini dapat dilihat dengan kegigihan mengusahakan sesuatu pekerjaan dengan sempurna. Bersungguh –sungguh dalam menundukkan hawa nafsu agar tidak menyimpang daripada matlamat murni amalannya. Seterusnya ia pasti akan menggunakan seluruh daya kuasanya untuk mencapai kemajuan sama ada untuk dirinya dan orang lain.

Jelas sekali kita lihat disini, akhlak yang cemerlang akan menghasilkan sebuah negara yang terbilang. Insan-insan yang berakhlak yang cemerlang sahaja berjaya memahami kehendak duniawi dan ukhrawi dengan jelas dan terang yang dapat dilahirkannya dalam bentuk usaha-usaha yang cemerlang pula.

Allah memuji Nabi Muhammad s.a.w dengan firmanNya:
وإنك لعلى خلق عظيم"
“ sesungguhnya engkau ya Muhammad mempunyai budi pekerti yang baik”

Melalui Nabi kita Muhammad s.a.w akhlak yang mulia dapat dicontohi uutuk panduan pergaulan sesama manusia . Hasil daripada itu akan mendatangkanazam melakukan kebaikan dan berusaha bersungguh-sungguh mencapai sesuatu matlamat dan cita-cita. Kalau kita panjangkan lagi pandangan kita , sudah pasti usaha-usaha yang baik untuk sesuatu matlamat kepada negara tidak akan sia-sia dengan usaha dan kabajikan yang dilakukan bersngguh-sungguh tadi.Sudah pasti akhlak cemerlang akan menghasilkan negara terbilang.

Para Pendengar sekalian,

Berakhlak mulia amat dituntut oleh Islam walau di mana sahaja kita berada. Manusia menilai tinggi seseorang bukan dengan hartanya yang banyak malah dilihat pula pada ketinggian akhlak dan pekertinya.Bak kata pepatah buat baik berpada-pada, buat jahat jangan sekali.

Nabi kita Muhammad s.a.w telah bersabda yang bermaksud” Berilah makan orang yang lapar, berilah minum orang yang haus, suruhlah orang berbuat kebajikan dan tegahlah dari mengerjakan kejahatan. Kalau engkau tidak sanggup, tahanlah lidahmu. Jangan memperkatakan yang tidak baik.”

Betapa tinggi akhlak yang diajar kepada kita semua. Hasilnya adalah untuk kesejahteraan kita bersama.Setiap anggota yang Allah anugerahkan kepada kita, perlu kita jaga dengan pakaian akhlak yang mulia. Akhlak mulia menghasilkan insan yang berdaya maju dan cemerlang dalam kehidupan dunia dan akhirat. Seterusnya ini sudah pasti akan mejalin satu pergaulan yang sihat antara masyarakat dalam sesebuah negara. Sudah pasti akhlak yang cemerlang tadi membawa terhasilnya sebuah negara yang terbilang.

Tuan-tuan dan puan-puan, hadirin, hadirat sekalian.

Berazamlah kita untuk berakhlak dengan akhlak yang cemerlang. Kita bina sebuah keluarga , masyarakat dan negara yang terbilang. Ini kerana agama Islam yang kita anuti. Adalah agama satu-satunya yang dapat membimbing akhlak dengan sempurna.Ingatlah! Mulia sesuatu bangsa itu adalah dengan ketinggian akhlaknya dan runtuhnya sesuatu bangsa itu pula adalah kerana rosak akhlak dan budi pekertinya.

Sekian.Wallahu A`lam bis sawab. Wabillahi Taufiq Walhidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Friday, February 29, 2008

Pengurusan Tanzim

Pengurusan Tanzim

MUQADDIMAH

Mengurus tanzim yang bersifat haraki memerlukan keseriusan, ketepatan, kebijaksanaan dan memenuhi kehendak atau matlamat organisasi.

Islam yang sifatnya syumul memerlukan penganutnya supaya sentiasa berdakwah dan memanggil manusia kepada jalan Allah dengan cara yang bijaksana (hikmah).

Tanggungjawab tersebut memanggil para pendukung harakah ini untuk mengurus tanzimnya dengan penuh munazzamah dan bersifat semasa.

Kertas ini bertujuan untuk membantu ‘amilin untuk meninjau beberapa aspek dari pengurusan untuk mengemaskini dan membaik pulih tanzim supaya sentiasa selari dengan matlamat wadah perjuangan itu sendiri.

PENGURUSAN TANZIM

Jamaah Islam diperingatkan akan kata-kata Saidina Ali Karamallahu Wajhah, bahawa gerkan Islam yang rapuh pengurusannya mudah dilakahkan oleh gerakan musuh (kuffar) yang kemas tanzimnya.

Malah Al-Quran awal-awal lagi telah menekankan bahawa Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalanNya dalam barisan yang teratur seakan-akan seperti bangunan yang tersusun kukuh (Al-Saff : 4).

Dalil ini sebenarnya menuntut gerakan Islam supaya menyempurnakan, memperkemaskan dan menjitukan urusan organisasinya.

Kita sering terdengar daripada komen dan muhasabah daripada para pendukung gerakan Islam bahawa jamaah seolah-oleh tidak pandai menyusun atur tenaga pekerjanya, program yang tidak tepat, lembap bekerja, kurang program, tidak berkesan dan yang seumpamanya.

Kalau diamati masalah-masalah tersebut, kita akan bersetuju membuat kesimpulan bahawa ia ada kaitan dengan bagaimana kita mengurus jamaah.

Tuan Guru Haji Abdul Hadi Awang di dalam ucapannya semasa Konvensyen Tarbiyyah PAS pada 1 hb September yang lepas berpendapat, bahawa masalah yang perlu diatasi oleh kita termasuklah manhaj yang tidak sampai ke bawah, bekerja secara bersendirian, keberkesanan dan kelembapan.

Analisis masalah-masalah yang disebutkan oleh Tuan Guru tadi mencerminkan beberapa perkara yang berkait terus dengan pengurusan tanzim.

Mengenai manhaj yang tidak sampai ke bawah, ini mencerminkan bahawa komunikasi kita masih tidak efektif atau usaha untuk menjelaskan manhaj tersebut tidak meluas dalam jamaah.

Mengenai bekerja secara persendirian pula, ia menggambarkan pula bahawa ada lagi di kalangan ahli yang tidak jelas mengenai konsep perjuangan secara jama’i. Manakala mengenai keberkesanan dan kelembapan, ternyata kedua-dua perkara tersebut menjelaskan bahawa kemahiran managerial dan supervision masih ketara kewujudannya.

Tidak hairanlah untuk dinyatakan di sini bahawa banyak perkara mengenai pengurusan tanzim yang perlu kita pelajari dan perlulah jamaah serius melengkapkan anggota jamaah dengan kemahiran dan pengetahuan dalam bidang pengurusan.

ASAS PENGURUSAN YANG MUNAZZAMAH

Sistem pengurusan yang tersusun rapi perlu berasaskan kepada pemikiran kepimpinan yang berstrategik dan mampu memandu ahli kepada matlamat jamaah. Di antara asas-asas pengurusan organisasi berstrategik termasuklah:

1.Menentu dan menjelaskan misi jamaah kepada anggota dan bukan anggota

2.Sentiasa membuat analisis mengenai kekuatan dan kekurangan dalaman jamaah serta menilai peluang-peluang dan ancaman luaran jamaah

3.Menjelaskan objektif yang hendak dicapai

4.Membentuk strategi

5.Pelan tindakan

Sebelum asas-asas di atas dibahas, terdapat beberapa faktor yang perlu dijelaskan kerana ia boleh dianggap sebagai teras kepada pengurusan strategik. Di antaranya:

a) Kefahaman

b) Komunikasi

c) Komitmen

Ketiga-tiga faktor adalah initpati kepada pengurusan strategik. Taerlebih dahulu ahli dan pimpinan jamaah mesti dijelaskan akan keperluan pengurusan berstrategik. Ini adalah penting untuk mengelakkan salah faham dan kurang minat bekerja atau lembap bekerja.

Selagi mereka tidak memahami kenapa kita perlu kepada urusan pentadbiran yang kemas dan mempunyai matlamat tersendiri, selagi itulah kita akan terdengar masalah-masalah yang berkaitan dengannya.

Justeru itu komunikasi adalah penting untuk menyebarkan dan menjelaskan kenapa pengurusan berstrategik diperlukan oleh jamaah. Komunikasi dua hala adalah paling sesuai sekali diamalkan.

Hasil daripada kefahaman kepada pengurusan tersebut, serta dibantu oleh system komunikasi yang berterusan, maka aspek komitmen ahli untuk melaksanakan kerja akan tinggi dan sentiasa terarah kepada matlamat jamaah.

Visi Jamaah

Perhubungan negeri dan dewan perlu jelas mengenai visi parti keseluruhannya. Barangkali perkara ini tidak banyak menimbulkan masalah kerana kesemua ahli memahami bahawa visi dan matlamat jemah adalah untuk mensyariatkan hukum Allah dalam negara kita.

Tetapi perlu diberi peringatan bahawa dalam merealisasikan visi ini banyak perkara yang perlu dilaksanakan. Inilah yang dikatakan sebagai asas-asas pengurusan yang tersusun.

Misi Jemaah

Dengan cara yang mudah, misi bermaksud ‘apakah urusan jamaah sebenarnya’.

Jamaah mesti menjelaskan beberapa elemen antaranya ialah siapakah sasaran, perkara yang disebarkan (produk atau perkhidmatan), di manakah sasaran boleh mendapatkan ‘perkara’ yang hendak disebarkan, imej jamaah kepada masyarakat, keprihatinan jamaah kepada anggota sendiri dan keprihatinan kepada pembangunan organisasi.

Kesemua elemen perlu diperjelaskan kepada para pendukung. Adalah wajar untuk memastikan anggota memahami misi jamaah, maka perlulah ia ditulis dan dihafalkan (jika perlu).

Cuba kita mengingatkan kembali tatkala Al-Syahid Hassan Al-Banna menanamkan semangat jihad di kalangan anggota Ikhwan di mana mereka menghafal slogan mereka, siang dan malam, dengan tujuan untuk sentiasa mengingatkan dan memperbaharui azam supaya matlamat perjuangan sentiasa dihayati.

“Allah Matlamat Kami, Rasul Pemimpin Kami, Al-Quran Perlembagaan Kami, Mati di jalan Allah Cita-cita Tertinggi Kami”. Inilah di antara misi Ikhwan.

Lajnah Tarbiyah mencadangkan agar perkara misi mestilah jelas di kalangan ahli dan pimpinan supaya kita sentiasa terdorong oleh agenda yang mesti kita dibereskan.

Analisis Kekuatan, Kekurangan, Peluang dan Ancaman

Selepas misi dibentuk dan dipersetujui oleh pimpinan, maka seterusnya perlulah dibuat satu analisa mengenai dua faktor penting, faktor dalaman dan faktor luaran.

Yang dimaksudkan dengan faktor dalaman ialah kekuatan dan kekurangan kita dalam jamaah. Di antara perkara yang dimaksudkan kekuatan ialah keupayaan sumber tenaga anggota, kewangan, sumber fizikal dan lebih saingan (competitive advantage). Manakala kekurangan juga perlu dikenalpasti di samping kekuatan dalaman jamaah.

Ini meliputi sumber kewangan, tenaga pekerja yang tidak mencukupi dan lain-lain lagi.Kedua-dua aspek ini sungguh kritikal bagi tanzim kerana dripada sini jamaah akan dapat menentukan sejauh manakah kemampuan dan kapasiti organisasi dan juga pada masa yang sama perkara-perkara yang perlu dibaiki dalam proses mencapai matlamat.

Faktor luaran termasuklah peluang-peluang luaran yang boleh dimanfaatkan dalam mencapai matlamat organisasi. Di samping itu, organisasi juga perlu mengenalpasti ancaman dan ugutan daripada persekitaran yang boleh membantutkan atau melembapkan proses pencapaian matlamat.

Contoh peluang ialah kesedaran masyarakat kepada Islam. Daripada kesedaran ini maka bolehlah organisasi cuba memanfaatkannya dengan mengemukakan kepada masyarakat program-program untuk mereka (strategi).

Objektif

Kesilapan selama ini dalam mengurus tanzim ialah:

1. Tiada objektif yang jelas

2. Objektif yang susah hendak dinilai akan keberkesanan pencapaiannya

3. Tiada jangka waktu dalam proses mencapai objektif

4. Objektif yang tidak terurus kepada organisasi keseluruhannya

5. Keliru di antara matlamat dengan objektif

Masalah yang ketara dalam jamaah ialah sikap ahli yang tidak mahu menyediakan objektif tanzim, sama ada untuk jangka masa pendek atau jangka masa panjang.

Hasilnya ialah perlaksanaan program yang bersifat ‘impromptu’, ad-hoc dan mengikut trend. Perlaksanaan program seumpama ini selalunya tidak menjurus kepada matlamat organisasi keseluruhannya. Perlaksanaan program hanyalah bersifat untuk memenuhi diari dan bukan dari perancangan menyeluruh.

Apabila ditanya oleh pimpinan bahawa adakah mereka sudah melaksanakan program, maka dirasakan boleh menjawab dengan ‘selamat’ bahawa mereka ada berbuat sesuatu. Sama ada program itu adalah sebahagian daripada strategi menyeluruh, ia masih lagi boleh dipertikaikan.

Pembentukan objektif yang jelas adalah perlu untuk:

1. Mengukur atau menilai prestasi kerja tanzim

2. Kesepaduan tindakan daripada pimpinan dan ahli

3. Tindakan yang terarah

4. Sentiasa memperingatkan akan matlamat akhir tanzim

Pembentukan objektif perlu dinyatakan jangka masanya, samada objektif tahunan atau onjektif jangka masa panjang. Dalam konteks organisasi kita adalah perlu dinyatakan objektif jangka masa panjang selama 4 atau 5 tahun kerana ia bersesuaian dengan keperluan pilihanraya.

Contoh objektif jangka masa panjang:

Dalam tahun 2000, PAS Sabah dapat menambahkan bilangan kawasannya sebanyak 40 kawasan baru.

Contoh objektif tahunan

Dalam tahun 1997, PAS Sabah dapat menambahkan bilangan kawasannya sebanyak 10 kawasan baru.

Dengan pembentukan objektif seumpama ini baharulah dapat dinilai sejauhmana gerakerja organisasi. Adakah ia berjaya atau gagal menambahkan bilangan kawasannya.

Objektif ini dapat membantu mendorong ahli dan pimpinan untuk bekerja dengan bermatlamat dan terarah. Selalunya pembentukan strategi berdasarkan kepada analisis kekuatan, kekurangan, peluang dan ancaman yang telah dikenalpasti oleh qiadah (pimpinan).

Ada beberapa cara untuk membentuk strategi organisasi antaranya ialah dengan memanfaatkan kekuatan dalaman digandingkan dengan peluang yang ada dipersekitaran.

Strategi yang baik adalah strategi yang menjurus kepada objektif yang telah ditentukan oleh qiadah.

Terdapat beberapa faktor yang boleh menilai strategi: a) ‘Consistent’; ia memberi makna bahawa strategi yang hendak dilaksanakan perlu menjurus kepada matlamat organisasi. Ini juga bermakna jika perlaksanaan strategi mendatangkan kebaikan satu pihak (dewan, lajnah atau jabatan) tetapi merugikan satu pihak yang lain, maka ini dianggap tidak konsisten.

b) ‘Feasible’; ia memberi makna bahawa strategi tersebut perlulah berdasarkan keupayaan dengan sumber-sumber tanzim, seperti tenaga kerja, kewangan dan fizikal. Ianya juga perlulah tidak memberatkan kapasiti yang ada dalam jamaah.

c) ‘Advantage’; ia bermakna bahawa tanzim perlulah memanfaatkan lebih saingan yang ada dalam organisasi. Ini termasuklah kemahiran, sumber-sumber dan kedudukan. Ia bertujuan supaya strategi yang hendak dilaksanakan adalah berdasarkan ketrampilan organisasi dalam masyarakat.

Pelan tindakan

Ini merupakan tahap yang paling sukar kerana ia mempengaruhi banyak perkara. Secara mudahnya ia bermakna bahawa bagi sesuatu tindakan yang hendak dilaksanakan perlu ada:

• Aktiviti (perkara)

• Ketua

• Tarikh bermula

• Tarikh dijangka tamat

Sepintas lalu, ia agak mudah tetapi realitinya tahap ini adalah rumit. Banyak perkara terlibat dalam tahap ini antaranya ialah budaya kerja tanzim yang sedia ada (membantu atau membantut), struktur organisasi, motivasi, iltizam, penyelarasan, kepimpinan dan pengawasan.

Faktor-faktor ini boleh melicinkan pelan tindakan dengan andaian perkara-perkara tersebut tidak banyak mendatangkan banyak masalah kepada tanzim. Di sinilah perlunya peringatan daripada pimpinan dan dorongan daripada ayat-ayat Allah akan tuntutan berjihad dan berjamaah.

PENUTUP

Kertas ini dengan ringkas cuba untuk menjelaskan peri pentingnya pengurusan tanzim yang sistematik dan berstrategik. Ia memerlukan komitmen daripada kesemua anggota ahli organisasi untuk sama-sama melaksanakan tugas yang telah diamanahkan. Insya’ Allah program daurah ini dapat merumuskan sesuatu yang positif pada jamaah kita.

PENGURUSAN PROJEK

E3008/UNIT 10/

PENGURUSAN PROJEK

UNIT10 PENGURUSAN PROJEK

Objektif Am

Memahami keperluan pengurusan projek

Membuat laporan dan taklimat

10.0 PENGENALAN

Unit ini akan membincangkan secara lebih terperinci mengenai elemen-elemen pengurusan projek yang berikut :-

    1. Perancangan dan kitar kawalan dalam pengurusan projek
    2. Pembangunan pelan projek
    3. Perlaksanaan pelan projek
    4. Pemantauan kemajuan projek
    5. Kawalan projek
    6. Integrasi kos
    7. Penjadualan maklumat dan nilai dapatan
    8. Membuat laporan dan taklimat

10.1 PERANCANGAN DAN KITAR KAWALAN

Tujuan perancangan projek adalah untuk menentukan kaedah yang akan digunakan untuk merancang sesuatu projek. Walau bagaimanapun, kejayaan sesuatu perancangan adalah bergantung kepada pengetahuan tentang prosedur yang sedia ada dan kebolehan untuk memilih kaedah yang paling menguntungkan. Untuk memastikan kejayaan sesuatu perancangan, ia bergantung kepada keputusan yang memerlukan pengumpulan sebanyak mungkin maklumat-maklumat tentang bahan, mesin, tenaga manusia, kewangan dan masa.

      1. Bahan

Di antara aspek-aspek yang perlu dititikberatkan ialah :

      1. Kuantiti masa
      2. Penghantaran bahan
      3. Jenis bahan yang digunakan dan menempatkannya
      1. Tenaga manusia ( pekerja )

Dalam pengurusan dan pelaksanaan sesuatu projek, memerlukan tenaga kerja yang mencukupi untuk menyiapkan sesuatu projek. Projek mungkin tidak akan dilaksanakan tanpa tenaga kerja.

      1. Mesin

Mesin atau alat jentera diperlukan dalam melaksanakan sesuatu projek. Ia diperolehi melalui pembelian peralatan atau penyewaan.

      1. Kewangan

Kewangan adalah penting dan perlu diambil kira dalam melaksankan sesuatu projek. Biasanya syarikta yang mempunyai kedudukan kewangan yang kukuh akan diberi mandat untuk menyiapkasan sesutu projek. Kewangan akan melibatkan kos di mana, menilai kos dari mula pembinaan hinggalah selesai seperti kos pembinaan, gaji pekerja, penyewaan mesin dan sebagainya.

      1. Masa

Pemilik biasanya menginginkan tarikh permulaan , tarikh penyiapan dan tarikh penting yang lain yang terdapat di dalam dokumen tawaran. Had masa juga telah ditetapkan untuk menyiapkan sesuatu projek.

    1. PEMBANGUNAN PELAN PROJEK

Proses pembangunan pelan projek bermula daripada penerimaan dokumen-dokumen kontrak dan akan menyediakan senarai-senarai aktiviti yang terdiri daripada aktiviti pengeluaran dan aktiviti perolehan.

      1. Aktiviti Pengeluaran

Dokumen kontrak ini menyatakan butiran yang diperlukan untuk membangunkan sesuatu projek berdasarkan sumber setiap aktiviti. Daripada senarai aktiviti rangkaian pembangunan projek disediakan. Rangkaian ini akan memberikan satu jadual yang dapat berfungsi sebagai pelan asas untuk melaksanakan kerja-kerja projek.

      1. Aktiviti Perolehan

Perancangan dan keseluruhan proses penjadualan mesti dikaitkan dengan kos projek yang memerlukan analisa selanjutnya. Masa perlaksanaan untuk sesuatu pembangunan pelan projek berkait rapat dengan sumber yang diperlukan. Semakin pendek masa untuk perlaksanaan, semakin banyak keperluan sumber. Dengan itu aktiviti yang berkos tinggi mungkin dipanjangkan masa perlaksanaannya dan mengakibatkan pengurangan dari segi kos dan sumber.

    1. PERLAKSANAAN PELAN PROJEK

Perlaksanaan pelan projek merangkumi perkara-perkara berikut :-

    1. Konsep projek

Sesuatu projek boleh dikategorikan sebagai projek besar, sederhana dan kecil. Ia boleh jadi terhad kepada satu sektor yang khusus atau merentasi beberapa sektor. Walau bagaimanapun, semua projek mempunyai beberapa ciri yang sama.

    1. Matlamat yang segera

Sesuatu projek lebih menekankan kepada matlamat yang telah ditetapkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah yang mendesak dan yang sudah dikenalpasti.

    1. Tidak berulang-ulang

Pelaksanaan projek berbeza dengan pentadbiran biasa yang rutin dalam sesebuah organisasi atau agensi kerajaan. Projek-projek pembangunan biasanya diuruskan oleh badan-badan yang ditubuh khas untuk mengendalikan aktiviti-aktiviti projek yang tertentu supaya tiada pertindihan.

    1. Ketidakpastian

Walaupun sesuatu projek kelihatan jelas dari segi objektif dan perlaksanaannya, sebenarnya semua projek mengalami masalah ketidakpastian. Masalah ini berkaitan dengan adanya kemungkinan penyesuaian perlarasan yang perlu dibuat ke atas rekabentuk teknikal, ekonomi atau pengurusannya.

    1. PEMANTAUAN KEMAJUAN PROJEK

Pemantauan projek perlu dibuat untuk mengekalkan tempoh masa sasaran. Pemantauan sesuatu projek dibuat dengan maklumat sasaran dan keluaran dicatat untuk dibuat perbandingan. Selepas itu satu pembetulan rancangan perlu dibuat ke atas kesilapan kerja yang tidak diduga seperti kelewatan akibat bencana dan sebagainya.

      1. Pemantauan kemajuan

Sebaik sahaja maklumbalas dari tapak didapati, penilaian data perlu dibuat untuk mengekalkan tempoh masa sasaran. Kejayaan sesuatu kerja bergantung kepada keputusan yang dibuat dan kepakaran dalam membuat penjadualan. Penilaian dibuat berdasarkan keluaran hasil kerja berbanding dengan sasaran, seterusnya peratus pencapaian dibuat berdasarkan perkara ini.

      1. Tindakan pembetulan

Selepas tindakan penilaian dibuat ke atas sesuatu projek, suatu rancangan pembetulan perlu dibuat bagi mencapai matlamat sasaran sepenuhnya. Pembetulan dibuat ke atas kesilapan kerja yang tidak diduga seperti kelewatan akibat bencana alam dan sebagainya. Satu jadual perancangan dan sasaran kerja perlu disediakan semula sekiranya berlakuperubahan pada penjadualan.

10.1 Perancangan dan kitar kawalan merupakan suatu proses untuk ______

    1. Nyatakan DUA aktiviti yang terlibat di dalam proses pembangunan pelan projek.
    1. Terangkan EMPAT perkara penting yang perlu diambil kira dalam perlaksanaan pelan projek.
    1. Bagimanakah pemantauan kemajuan projek dilaksanakan?

1. Perancangan dan kitar kawalan merupakan suatu proses untuk menentukan kaedah yang akan digunakan untuk merancang sesuatu projek

2. Pengeluaran dan perolehan

10.3 i. Konsep projek

    1. Matlamat yang segera
    2. Tidak berulang-ulang
    3. Ketidakpastian

10.4 Pemantauan sesuatu projek membuat perbandingan di antara maklumat sasaran dan keluaran. Selepas itu satu pembetulan rancangan perlu dibuat ke atas kesilapan kerja yang tidak diduga seperti kelewatan akibat bencana dan sebagainya.

    1. KAWALAN PROJEK

Sesuatu projek tidak dapat dilaksanakan dengan berkesan jika tiada pengawalan yang sistematik. Kawalan merupakan proses untuk mengawal sesuatu perlaksanaan sesuatu projek. Pengawalan yang terancang boleh dilaksanakan dengan cara yang ekonomi, mengenalpasti had masa penjadualan dan mengambil kira sumber-sumber yang boleh diperolehi.

Kawalan yang baik dan terancang perlu mencerminkan kerja yang tepat dan dapat dilaksanakan bersesuaian dengan perancangan dan spesifikasi yang ditetapkan. Ini membolehkan sebarang perubahan kerja dari penjadualan dapat dikesan, dinilai dan dikawal.

Di antara aspek pengawalan projek yang perlu diambilkira ialah :-

      1. Tahap Kawalan
      2. Ciri-ciri tahap kawalan
      3. Menyediakan jadual sasaran
      4. Mengawasi projek
      5. Penilaian dan peramalan
      6. Tempoh kawalan pengemasakinian
      7. Tempoh masa pengemaskinian
    1. INTEGRASI KOS

Kos yang terlibat di dalam pelaksanaan projek boleh dibahagikan kepada beberapa kategori seperti bekalan tenaga fizikal, penggunaan tenaga buruh, pembelian atau penyewaan tanah yang melibatkan pembayaran cukai dan sebagainya. Kos-kos tersebut perlulah dinilai dengan masa yang akan menentukan pendapatan yang sewajarnya diperolehi.

Penentuan kos adalah penting dalam melaksanakan sesuatu projek. Kos yang tidak mencukupi akan mempengaruhi perjalanan sesuatu projek yang mungkin akan mengakibatkan projek terbengkalai. Perancangan kos yang teliti perlu bagi mengelakkan kerugian kepada syarikat. Di antara perkara-perkara yang penting semasa membuat perancangan kos ialah :-

    1. Kos bahan mentah, gaji pekerja, pengangkutan barang-barang, penyewaan mesin atau pembelian mesin, tapak pembinaan dan sebagainya.
    1. Kesan perubahan jangkamasa di mana pengusaha-pengusaha diperlukan.
    1. Memikirkan risiko atau keuntungan untuk mengelakkan daripada berlakunya kerugian atau risiko-risiko lain.
    1. Membuat jadual anggaran kasar ke atas kos yang perlu dalam melaksanakan sesuatu projek.
    1. Tempoh penyiapan juga diperlukan kerana akan mempengaruhi jumlah kos jika berlaku pertambahan tempoh yang melibatkan kos pembayaran gaji pekerja dan sebagainya.
    1. PENJADUALAN MAKLUMAT DAN NILAI DAPATAN

Setelah menerima maklumbalas dari tapak, pihak penjadualan akan menilai data dan menentukan apa yang perlu dilakukan untuk mengekalkan tempoh yang telah ditetapkan. Kepakaran penjadualan adalah penting kerana kejayaan akan bergantung kepada keptusan yang akan dibuat. Kebanyakan daripada keputusan akan dibuat oleh pihak penjadualan, tetapi kebiasannya sesetengah maklumat tersebut perlu diberi kepada pihak pengurusan peringkat yang lebih tinggi untuk dinilai.

Proses penilaian biasanya dimulai dengan penghasilan jadual-jadual daripada maklumat yang telah diperolehi. Penjadual akan memeriksa output yang diperolehi daripada komputer ataupun pejabat. Sebarang kelewatan output akan dibuat perbandingan tarikh mula dan tamat yang baru dengan tarikh mula dan tamat yang telah ditetapkan.

    1. MEMBUAT LAPORAN DAN TAKLIMAT

Laporan terperinci tentang projek yang siap akan dibentangkan dalam bentuk yang lebih menraik dengan mengguanakan gambarajah, carta bar atau gambarajah skala-masa.

    1. Gambarajah

Digunakan untuk menyesuaikan pengguna dengan tarikh yang dijadualkan. Sesuai digunakan untuk kegunaan pejabat kerana membenarkan kemasukan nilai keseluruhan projek yang dijadualkan serta kesannya ke atas perancangan. Kelemahannya ialah ia tidak menunjukkan julat masa yang nyata apabila aktiviti dijalankan. Keadaan ini akan mengakibatkan kesilapan taksiran terutama sekali apabila satu rantaian aktiviti mempunyai bilangan item yang lebih daripada rantaian yang lain.

    1. Carta Bar

Carta bar biasa digunakan untuk asas penyediaan dan analisis sumber manusia , peralatan dan jadual kewangan. Ia sesuai digunakan pada tahap organisasi yang lebih rendsah tetapi tidak sesuai bagi peringkat atasan kerana kemungkinan pertindahan carta akan berlaku.

iii. Gambarajah Skala-Masa

Gambarajah Skala-Masa biasanya berkait rapat dengan persembahan carta bar. Ramai perancang lebih gemar menggunakan persembahan ini kerana ia dapat menunjukkan perhubungan di antara aktiviti dan masa pelaksanaannya.

Pasukan projek merupakan sekumpulan individu dari organisasi atau dari luar organisasi yang mempunyai kemahiran dan pengalaman yang berkaitan dengan sesuatu projek. Ahli-ahlinya terdiri daripada pengurus dan staf yang mahir dalam bidang tertentu seperti buruh dan jurutera yang diperlukan dalam projek pembinaan.

10.5 Nyatakan tujuan kawalan dalam pengurusan projek dan kepentingannya.

    1. Bagaimana kos boleh mempengaruhi pelaksanaan sesuatu projek.
    2. Penjadualan maklumat dan nilai dapatan penting kerana __________

· Kawalan merupakan proses untuk mengawal pelaksanaan sesuatu projek.

· Kos yang tidak mencukupi akan mepengaruhi perjalanan sesuatu projek yang mungkin akan mengakibatkan projek terbengkalai.

Perancagan kos yang teliti perlu bagi mengelakkan kerugian kepada syarikat.

    1. Penjadualan maklumat dan nilai dapatan penting bagi memastikan projek dapat disiapkan dalam tempoh yang telah ditetapkan.

SOALAN

Anda dikehendaki membuat tinjauan suatu projek yang sedang dijalankan. Dapatkan maklumat-maklumat yang berkaitan seperti :

    1. perancangan dan kitar kawalan
    2. pembangunan pelan projek
    3. pelaksanaan pelan projek
    4. pemantauan kemajuan projek
    5. kawalan projek
    6. integrasi kos
    7. penjadualan maklumat dan nilai dapatan
    8. laporan dan taklimat

Bentangkan hasil dapatan anda.